Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah pernah ditanya :
ماذا يعني الأمن من مكر الله؟ وهل المؤمن العامل منهي عن الأمن من مكر الله، والله وعده بالخير العظيم والأجر الكريم؟ وكيف نجمع بين النهي عن أمن مكر الله وبين إحسان الظن بالله؟
“Apa yang dimaksud dengan merasa aman dari makar Allah? Apakah seorang mukmin yang beramal dilarang dari merasa aman dari makar Allah sementara Allah memberikan janji kebaikan yang besar dan pahala yang mulia baginya? Bagaimana memadukan antara larangan merasa aman dari makar Allah dengan -anjuran- untuk bersangka baik kepada Allah?”
Beliau menjawab :
يجب على المؤمن أن يكون خائفًا راجيًا، لا يطغى عليه جانب الرجاء حتى يأمن مكر الله، لأن الله تعالى يقول:
{أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللَّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ} [سورة الأعراف: آية 99]
Wajib bagi setiap mukmin untuk selalu merasa takut dan juga berharap. Tidak boleh dia berlebih-lebihan dalam sisi harapan sehingga menyebabkan dia merasa aman dari makar Allah.
Sebab Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Maka tidak ada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (al-A’raaf : 99)
فالأمن من مكر الله يحمل على فعل المعاصي وعدم الخوف من الله تعالى، وكذلك لا يطغى عليه جانب الخوف حتى ييأس من رحمة الله،
فإن اليأس من رحمة الله كفر، قال تعالى: {وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّآلُّونَ} [سورة الحجر: آية 56]،
Merasa aman dari makar Allah akan menyeret kepada perbuatan maksiat dan hilangnya rasa takut kepada Allah ta’ala. Demikian pula tidak boleh berlebihan dalam hal rasa takutnya sehingga akan menyebabkan dia berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya putus asa dari rahmat Allah termasuk bentuk kekafiran.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan siapakah yang berputus asa dari rahmat Rabbnya selain orang-orang yang sesat.” (al-Hijr : 56)
وقال تعالى: {إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ} [سورة يوسف: آية 87].
وإحسان الظن بالله لابد معه من تجنب المعاصي وإلا كان أمنًا من مكر الله،
فحسن الظن بالله مع فعل الأسباب الجالبة للخير وترك الأسباب الجالبة للشر هو الرجاء المحمود.
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir.” (Yusuf : 87)
Adapun bersangka baik kepada Allah itu harus disertai dengan menjauhi perbuatan maksiat. Kalau tidak maka hal itu akan berubah menjadi perasaan aman dari makar Allah. Bersangka baik/husnuzhan kepada Allah yang disertai dengan melakukan sebab-sebab kebaikan dan meninggalkan sebab-sebab keburukan itulah harapan yang terpuji.
وأما حسن الظن بالله مع ترك الواجبات وفعل المحرمات، فهو الرجاء المذموم وهو الأمن من مكر الله.
Adapun bersangka baik kepada Allah yang disertai perilaku meninggalkan kewajiban dan melakukan hal-hal yang diharamkan maka itu adalah harapan yang tercela dan itulah yang disebut sebagai perasaan aman dari makar Allah.
Sumber : islamway.net
—-
Info Kegiatan Dakwah :